Umumnya, para kriminil tingkat kecil-kecilan yang berhasil mendapat nomor
kartu kredit milik orang lain menggunakannya untuk kebutuhan pribadi. Hal
ini masih agak sulit dilakukan di Indonesia sebab masih jarang bisnis
komersil yang bersedia menerima pembayaran kartu kredit tanpa mengecek
detailnya. Di Kanada sini, cara yang banyak dipraktekkan adalah sbb:
- temukan rumah kosong / yang lagi ditinggalkan penghuninya untuk jangka
waktu yang lama
- buka katalog-katalog barang-barang menarik yang diinginkan
- telepon sang penjual, bayar dengan kartu kredit tsb (perlu tgl
kadaluwarsa, dan biasanya alamat sang empunya kartu).
- minta diantarkan ke alamat rumah kosong tadi (atau, lebih bagus lagi,
kamar hotel), dan minta 'express delivery' (hari berikutnya)
karang alasan seperti: perlu mendadak untuk presentasi lusa, atau
tetek bengek lainnya. gunakan social engineering.
- tunggu kedatangan barangnya.
- ambil barangnya, dan ... CABUT!
Dengan cara ini kadang-kadang para kriminil (umumnya anak ABG) bisa
mendapatkan laptop Tilamook terbaru bernilai $5000. Sang pemilik kartu
sendiri pada saat mengetahui bahwa kartunya telah disalah gunakan tidak
akan dikenakan biaya apa-apa, selain mungkin administrasi pengurusan
kasus, yang nilainya tidak sampai $50.
Dengan makin maraknya servis internet, semakin banyak pula kriminil yang
men(yalah)gunakan kartu kredit curian untuk mendapatkan servis gratis.
Karena komputer itu bodoh, kamu bisa dengan gampangnya mengaku sebagai
pemilik yang sah. Biasanya dengan mengisi 'form' di webpage, kamu bisa
registrasi untuk layanan tsb (kalau tidak salah d-net sudah punya
fasilitas ini, melalui diffy.com-nya, tapi kurang pasti) atau bisa untuk
mengorder sesuatu. Di Indonesia, yang paling sering digunakan oleh para
kriminil jenis baru ini (yang, umumnya adalah cowok ABG) adalah, apalagi
kalau bukan, registrasi 'member' untuk klub-klub porno di Internet.
kalo ketauan bisa di bakar masa!
[You must be registered and logged in to see this image.]