Virus mematikan itu bernama Puas Diri

Puas diri yang saya maksudkan adalah perasaan puas dengan keadaan sekarang dan enggan melakukan perbaikan secara terus menerus. Puas diri bisa mencakup banyak hal baik secara pribadi, organisasi, bangsa dan peradaban. Secara pribadi, orang bisa saja merasa puas dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki, kesehatan, hubungan pertemanan dan ibadah yang dilakukan. Secara organisasi, orang-orang bisa merasa puas dengan produk yang dihasilkan, profit yang diraih, jaringan bisnis yang telah dibuat. Secara bangsa dan peradaban, manusia banyak yang merasa puas dengan sumber daya alam yang dimiliki, kemajuan pembangunan fisik, keadaan sosial masyarakat.

Secara pribadi rasa puas diri bisa menghilangkan kesempatan untuk menambah penghasilan dan peluang bisnis dari orang lain. Secara organisasi, rasa puas diri mendatangkan kerugian bahkan kebangkrutan. Dalam berbangsa, rasa puas diri bisa membuat menurunnya pertumbuhan ekonomi dan peluang penambahan pendapatan negara bahkan bisa membuat negara itu hanya dipandang sebelah mata oleh bangsa lain.

Puas diri adalah musuh utama perubahan. Puas diri adalah virus yang sangat mematikan. Tantangannya, seperti ditulis oleh John P Kotter dalam bukunya A Sense of Urgency, puas diri bukanlah sekadar sebuah pemikiran, tapi lebih merupakan perasaan. Puas diri lebih merupakan masalah emosi alam bawah sadar daripada masalah analisis rasional dan sadar. Apa akibatnya? Hampir selalu, kata kotter, individu yang berpuas diri tidak merasa diri mereka berpuas diri. Mereka mengganggap diri mereka bersikap cukup rasional dalam situasi tersebut.

Inilah yang sering terjadi. Ketika intelektual dan logika rasional bukan nurani spiritual yang menjadi panglima, maka orang akan mudah sekali tertipu. Kesuksesan dan keuntungan sering membuat orang terlena dan sombong sehingga tidak lagi mengikuti dorongan spiritualnya berupa nilai-nilai untuk membuat perbaikan, inovasi, melayani, kompeten, menuntut ilmu dan seterusnya. Inilah yang membuat rasa puas diri itu tumbuh dan berkembang.

Dalam konteks inilah kita akan memahami mengapa Nabi Muhammad Saw menangis tersedu-sedu ketika Allah menurunkan surat Al-Nashr saat Ia dan pasukan kaum muslimin mampu membebaskan kota Mekkah.

“Apabila datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk jalan Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji nama Tuhanmu dan mintalah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat.”

Membebaskan kota Mekkah adalah sebuah kesuksesan yang gemilang. Prestasi cemerlang. Tapi kemudian Allah perintahkan agar bertasbih dan istigfar agar kamu muslimin tidak terjangkiti virus puas diri yang mematikan itu. Agar kesucian hati spiritual selalu menjadi panglima dalam setiap desahan nafas dan ayunan langkah.

[You must be registered and logged in to see this link.]