Anggota kelompok hacker berencana akan melancarkan aksi bila Depkominfo menfilter internet.
VIVAnews - Anonymous merupakan sekelompok aktivis pemberontak dunia maya yang menyebar di seluruh penjuru dunia, namun identitas ataupun keberadaannya tetap tersembunyi. Kelompok ini mulai terbentuk pada tahun 2003 lalu.
Pada awalnya, konsep yang digunakan oleh kelompok yang terdiri dari sejumlah komunitas online yang terpencar ini adalah bertindak secara anonimus namun terkoordinasi, dan umumnya memiliki target yang disepakati, serta fokus pada kesenangan semata.
Namun, sejak tahun 2008, kelompok Anonymous semakin erat kaitannya dengan aktivitas hacking internasional yang saling bekerjasama, melakukan protes ataupun tindakan lain yang seringkali tujuannya berhubungan dengan mempromosikan kebebasan internet dan kebebasan berpendapat.
Baru-baru ini, kelompok peretas tersebut mengumumkan rencana mereka untuk menggempur Facebook, situs jejaring sosial yang paling populer saat ini. Alasan mereka, situs itu dianggap telah menyalahgunakan identitas pribadi para pengguna layanan tersebut dan menjualnya ke pihak ketiga.
Dilansir dari CNN, Selasa, 9 Agustus 2011, salah seorang yang mengaku sebagai anggota kelompok Anonymous dalam videonya di YouTube mengutarakan rencana menghancurkan media komunikasi terpopuler di dunia tersebut.
Selain mengumumkan akan merusak, tokoh yang wajah serta suaranya disamarkan ini mengajak para pengguna Facebook turut serta dalam upaya menghancurkan sosial media tersebut, demi keselamatan identitas pribadi mereka.
"Apapun yang Anda masukkan di Facebook, tetap ada di Facebook. Menghapus akun juga tidak mungkin dilakukan. Kalaupun Anda dapat menghapusnya, semua informasi yang pernah Anda masukkan masih akan tetap berada di Facebook dan dapat dimunculkan kapan saja," ucap peretas tersebut.
Wakil Anonymous itu juga mengatakan bahwa Facebook telah menjual informasi identitas pengguna pada para agen pemerintah untuk dimata-matai. Rencananya, operasi ini akan dilakukan pada 5 November mendatang, bertepatan dengan hari Guy Fawkes. Pada tanggal tersebut di tahun 1605, terjadi upaya pembunuhan terhadap raja Inggris, James I, oleh Fawkes.
Namun, tidak semua anggota Anonymous menyetujui penyerangan terhadap Facebook tersebut. Anonymous kini merupakan organisasi peretas yang memiliki struktur kepemimpinan dan pengurus yang jelas. Organisasi ini juga tidak memiliki ikatan dan aturan yang tegas dan memungkinkan para anggotanya melakukan tindakan secara independen.
"FYI - #opFacebook hanya dilakukan oleh sebagian Anons. Hal ini menunjukkan tidak semua #Anonymous menyetujuinya," tulis kelompok ini dalam akun Twitternya, @GroupAnon.
Juru bicara Facebook menolak berkomentar soal ancaman tersebut. Facebook sebelumnya berulangkali menyatakan tidak menyebarkan identitas penggunanya ke pihak ketiga tanpa adanya persetujuan dari pengguna itu sendiri. "Kami tidak pernah dan tidak akan melakukan hal itu," kata pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, tahun lalu. Ketika itu, Facebook juga sedang gencar disorot terkait setting privasi pengguna layanannya.
***
Tak hanya di luar negeri, kelompok Anonymous juga memiliki banyak anggota di Tanah Air. Aktivitas terakhir, kelompok Anonymous Operations Indonesia (AnonyOpsIndo) atau Anonymous ‘cabang’ Indonesia membocorkan informasi ke publik seputar database email milik anggota TNI AD beserta password akun tersebut.
Dalam aksi yang diberi nama #opIndonesian Kelompok tersebut mengklaim bahwa database itu didapat dari situs resmi Angkatan Darat. Sebagai informasi, setiap kali melakukan aksi, kelompok Anonymous baik di luar maupun negeri selalu menggunakan prefiks "op" misalnya #opprita, #opfreecriticism, #oppayback, #oppaypal, atau #opamazone.
Adalah pengguna Twitter dengan nick anonymouSabu yang pertamakali menyebutkan bahwa rekan-rekannya di #opIndonesia telah menayangkan hasil penerobosan mereka ke laman
[You must be registered and logged in to see this link.]“Our brothers at #opIndonesia dropping another dump for the indonesians: pastebin.com/ax26qcm2 tniad.mil.id #antisec #anonymous,” kata anonymouSabu, pada akunnya, di Twitter.
Dari pantauan VIVAnews, terdapat 109 alamat email dan password yang berhasil diambil oleh hacker dari situs tersebut.
Selain di Twitter, para hacker juga menggelar kampanye mereka di situs-situs media sosial lain seperti di YouTube, Facebook, dan lewat kanal IRC. Para hacker ini menentang rencana pemerintah yang berupaya melakukan sensor terhadap konten Internet.
Saat dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Brigadir Jenderal Wiryantoro belum mengetahui informasi adanya pembobolan situs resmi TNI Angkatan Darat yang beralamat di
[You must be registered and logged in to see this link.] itu. Wiryantoro akan berkoordinasi dengan divisi terkait.
"Kami belum bisa mengeluarkan pernyataan resmi. Tapi saya akan koordinasi dulu dengan Direktorat Informasi dan Komunikasi TNI Angkatan Darat," kata Wiryantoro saat dihubungi VIVAnews.com, Rabu 10 Agustus 2011.
Sebelumnya, ketika Menteri Komunikasi dan Informasi, Tifatul Sembiring, mengutarakan maksudnya untuk memfilter konten Internet di Indonesia, kelompok hacker Anonymous cabang Indonesia itu juga sempat memberikan 'peringatan'.
Mereka meminta Tifatul melakukan filter terlebih dahulu pada server milik Depkominfo sebelum memfilter Internet di Indonesia.
Lalu, akankah Anonymous akan kembali melancarkan serangan jika Tifatul benar-benar melakukan filterisasi Internet?
Sumber:
[You must be registered and logged in to see this link.]